Rabu, 25 November 2020

Gadget

Gadget pemicu asosial

Suatu sore yang cerah disebuah rumah mungil yang seksi, seorang anak (sepakat kita sebut anak) sedang asyik memainkan gadget smartphone, "sampeyantube" sebuah aplikasi video sharing yg sdh tdk asing lagi dari cucu sampai embah. Ketika anak sedang asyik dg gadgetnya , teman mainnya (sepakat kita sebut teman main 1) memanggilnya untuk mengajak bermain di luar. Karena asyik dengan gadget anak tidak menjawab panggilan teman main 1, karena tdk ada respon yang mendekati kepuasan batin, maka teman main 1 masuk eumah anak, untuk mengamati dan menelaah dan juga mencoba next......
....memahami, apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah, sehingga meskipun dipanggil2 tetapi tdk ada respon daripada dalam rumah. Setelah masuk, teman main 1 menemukan pemandangan yang biasa saja, anak asyik bermain gadget sehingga tdk menyadari akan adanya teman main 1. Rupanya teman main 1 tertarik untuk melihat gadget, dan diapun ikut melihat aplikasi "sampeyantube". Maka jadilah mereka larut dalam "kegiatan" main gadget. Setelah beberapa lama, adik anak datang dan rupanya juga tertarik memainkan gadget juga. Hanya saja bukan aplikasi "sampeyantube" yang sering dimainkan. Adik anak suka untuk diputarkan video babybus, namun bukan sebuah video utuh, adik anak hanya tertarik...............

....pada intro dari video tsb. Tiap kali selesai intro, selalu minta diulang lagi dari awal. Sampai hafal kalimat e 
"hai, jangan lupa sub bret disini, tuing".
Selama beberapa saat, terjadi perebutan kekuasaan atas gadget, terjadi tarik ulur antara adik dan anak, yang pada gilirannya dimenangkan oleh ibuk. Ibuk menengahi dengan dikatakan 
"main sama2 ya, kalau g mau, g ada yg boleh main hape (gadget)". Rupanya mediasi yg dilakukan menunjukkan hasil yg signifikan. Terbukti dengan tdk adanya lg....

....konflik diantara mereka bertiga. Tak berselang lama, sang papi ikut nimbrung dengan "kelompok asosial". Meski berkelompok, tetap saja tdk banyak suara yg keluar dari kelompok asosial yg baru "terbentuk". Karena hari menjelang sore, orangtua wanita teman main 1 mencari anaknya. Didapati anaknya sedang bersosialisasi dengan kelompok asosial. Tiba2 gadget pemicu asosial  berbunyi tanda ada pesan masuk. Ibuk dari anak mendekati kelompok asosial, bukan ingin gabung, tapi rupanya ibuk ingin bersosialisasi sendiri dengan teman nun jauh disana. Sekilas seperti tdk peduli dengan sekitar, tapi sesungguhnya kepeduliannya lebih luas dari sekadar sekitar, tapi sudah lintas kota, realtime. Banyak ....

....diantaranya contoh kasus, pada suatu ketika, ibuk sangat bersedih hati, serasa gundah guLana tidk terperi, dikarenakan berita meninggalnya tokoh nasional. Bahkan aura kesedihan masih terpancar setelah beberapa hari. Ini menunjukkan ibuk sedang bersosialisasi dengan warga sekitar negara kesatuan indonesia. Ada lagi kasus dimana tetangga rumah mengetahui kabar berita malahan  dari seseorang yg notabene berada diujung negeri . Kalau dikampung kota, kita biasa mengetahui kabar duka dari toa masjid tapi di dunia maya, kita bahkan bisa memilih untuk mengetahui kabar apa yg ingin kita dengar. Setelah ibuk mencukupkan sosialisasi skala nasionalnya, gadget kembali diberikan kepada....

...anak, namun ya g terjadi anak dan teman main 1 serta adik, sdh beralih perhatian. Mereka bertiga sdh asyik bermain, bermain yg tdk hanya memainkan 👀 dan jempol kiri kanan, namun juga seluruh jiwa dan raga, juga pakaian dan rumput liar, pasir berdebu, juga perabotan masak ibuk. Memang seharusnyalah permainan tersebut sesuai perkembangan usia. Bahkan semakin dianggap dewasa, semakin berkurang permainannya, kalaupun bermain, permainan yg dimainkan adalah permainan yg tdk lagi main2. Permainan yg membawa konsekuensi, karena kita adalah pemain kehidupan yg tidak boleh main2 dalam memainkan peranan. Anak, teman main 1 dan adik rupanya memang....

...sudah tidak tertarik lagi pda gadget, mereka sdh asyik keluar dari keasyikan bermain gadget. Gadget yg ditakutkan para orang tua sebagai pemicu perilaku asosial pd anak2 nyatanya malah anak2 meredefinisi makna asosial, yakni kelompok2 asosial yg saling berinteraksi satu sama lain melalui gadget. Sebaliknya orangtualah yang sebenarnya terjerembab tp tdk mau mengakui kalau mrk para org dewasa yang terkena situasi asosial, namun alih2 mengakui, malah mencontoh anak2 yakni meredefinisi makna asosial menjadi bersosial skala nasional, tanpa kontak fisik. Jadi kehidupan selalu punya cara untuk kembali pada fitrahnya. Anak selalu punya cara bersosialisasi & org tua jg sllu pny cara mjd egois 😉😅

Tidak ada komentar:

Posting Komentar